Jumat, 20 April 2012

Indonesia Ala Gue

Berdasarkan bentuknya, demokrasi ada 2 jenis. Pertama, demokrasi langsung, dimana seluruh rakyat dalam suatu negara berkumpul pada suatu tempat, untuk memberikan suara langsung, lalu menetapkan sebuah keputusan. Ini pernah ada di Athena. 
Kedua, demokrasi perwakilan, ciri sistem ini adalah adanya pemilihan umum untuk memilih wakil, yang akan menyampaikan pendapat lalu menetapkan keputusan atas nama rakyat.

Ini yang dipakai oleh Indonesia, meski pun presiden dan wakilnya, sudah dipilih langsung oleh rakyat. Tapi tetap saja, ada DPR dan DPD sebagai lembaga yang berdiri atas nama kedaulatan rakyat. 

Yang sebenar-benarnya demokrasi adalah Demokrasi Langsung. Tapi di jaman modern begini, sistem ini tidak lagi efektif, apalagi untuk Indonesia. Mengingat penduduk yang banyak dan kondisi geografis, sehingga tidak mungkin untuk mengumpulkan mereka semua dalam satu tempat untuk berikan suara. Lagipula tidak semua rakyat tertarik memberikan hak suaranya. 

Tapi kalau Demokrasi Perwakilan, bagi saya ini bukanlah demokrasi. Apalagi pada prakteknya di Indonesia. Karena Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, yang anggotanya langsung dipilih rakyat, malah suka memlintir suara rakyat. Tidak mendengar suara konstituennya, apalagi yang sudah tersandung kasus. Tentu jadi sibuk sendiri. Harusnya mereka bertanggungjawab kepada rakyat, tapi yang terjadi malah rakyat berada di bawah kontrol mereka. Ini sudah kebolakbalik namanya. 

Bukti rakyat merasa tidak terwakili oleh lembaga ini adalah, ketika demo, gedung mereka berkantor selalu menjadi sasaran utama untuk diduduki lalu dirusak. Kalau rakyat merasa terwakili suaranya, tentu setiap ada keputusan pemerintah yg dirasa tidak adil buat rakyat, justru gedung ini yang dibela dan diamankan oleh rakyat. Karena berharap orang2 yang didalamnya adalah pembela nasib rakyat. Sebuah logika yang simpel saja. 

Jadi, demokrasi langsung tidak efektif, sementara demokrasi perwakilan adalah sebuah tipuan yang mengatasnamakan kedaulatan. Itu intinya. 
Sekarang masalahnya, demokrasi bentuk apalagi yang cocok buat Indonesia? 

Jawaban saya seperti biasa. 
Jumlah penduduk yang begini banyak dan beragam budaya.
Kondisi geografis yang terpencar-pencar oleh lautan.
Tingkat pendapatan rata2 rakyat yang masih dalam kategori negara dunia ketiga.
Dan kitapun bangsa Timur…
Demokrasi tidak cocok buat Indonesia.

Indonesia butuh kepemimpinan yang kekuasaannya sentralistis, dan dibantu cukup oleh menteri2nya. Meskipun mentrinya akan berjumlah seribu, yang penting sang mentri langsung di bawah perintah sang presiden. Yang mengatur segala-gala, mulai dari pusat hingga  provinsi. 

Tidak ada yang namanya otonomi. Tidak ada yang namanya sistem multipartai. Cukup satu partai, partai pemerintah. Tidak ada yang namanya dewan perwakilan rakyat. 
Sistem apa namanya ??? mari kita berembuk untuk membuatnya seunik mungkin. Mengingat Indonesia pun salah satu negara unik di dunia. 

Bagaimana jika presidennya korupsi, maka mentri hukumnya punya wewenang untuk langsung menggantung mati sang presiden, lalu mentri dalam negerinya mengadakan pilpres biar rakyat dapat memilih presiden baru. Hal seperti ini sebenarnya nyaris mirip dalam UUD kita pasal 8 ayat 2 dan 3, tentang tugas & wewenang MPR. Bunyinya: 
“Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama.”

Sebuah contoh yang masih fresh terkait BBM. masalah pembentukan BP MIGAS. Badan yang diberi wewenang oleh pemerintah, tentu atas persetujuan DPR dengan berbagai kepentingannya, mengurusi minyak dan gas negara. Hingga mereka membuat aturan Pertamina tidak boleh memonopoli sumur-sumur minyak di Indonesia. Untuk mendapatkan hak mengelola, Pertamina mesti bersaing dengan perusahaan2 minyak asing, yang bertameng investor. 

Ini contoh kecil terlalu banyak sumber keputusan yang menentukan nasib bangsa ini. Hingga nasibnya menjadi MADESU (Masa Depan Suram).

Demokrasi itu cocoknya di Barat, dimana dia berawal, dimana negara2nya hampir masuk kategori negara maju, dimana taraf hidup rakyatnya bisa dibilang rata2 mapan. Demokrasi cuma akan beradaptasi dalam negara berekonomi stabil. 

Karena seperti teori yang pernah saya buat sendiri tentang karakter manusia, 
“kemapanan hidup akan membuat seorang manusia lebih berpikir lalu bertindak bijaksana.”

Entah ada yang pernah terpikir tentang teori ini atau tidak, yang jelas saya membuatnya tanpa referensi. Hanya tiba2 tercetus pada sebuah malam setelah proses perenungan. 
Kemapanan rakyat dalam sebuah negara bersistem demokrasi, akan membuat negara tersebut stabil. Sebuah masalah dalam negara dapat terpecahkan dengan cara yang nyaris mulus. 

Tidak seperti Indonesia, semua ingin bersuara, semua ingin menunjukkan batu dan bom molotovnya. Bahkan dalam sidang paripurna. Semua ingin bicara sekalipun cuma nyeletuk, yang penting bunyi.
 
Tapi memang, tidak segampang saya menulis katakata. Tentu semua ini lebih rumit, dan harus ada kajian dalam sebuah secret society yang memulainya. Kenapa harus secret? Sebab kalau terang2an, gerakan ini akan dicap makar. 

Lalu seperti cara-cara secret society yang pernah ada, contohnya Skull and Bones yang beberapa anggotanya kelak menjadi presiden Amerika, mulailah gerakan penyusupan. Ke dalam setiap lembaga negara yang sudah ada. Pergerakan secara diam-diam dan mulus, demi mencegah terjadinya revolusi yang akan memakan banyak nyawa, biaya, lalu mementahkan sebuah negara. 

Tapi ini semua jika mungkin. Jika tidak, maka biarlah semua ide saya ini bersemayam dalam sebuah blog. Toh blog nya pun sudah berjudul “kuburankatakata.”

Tidak ada komentar: